BUDAYA BANYUMASAN TAK SEKADAR DIALEK (REPRESENTASI BUDAYA BANYUMAS DALAM PROSA KARYA AHMAD TOHARI)
Abstract
Pelestarian budaya Banyumasan kembali bergaung di jagat penginyongan. Beberapa diskusi dan lokakarya tak urung membicarakan hal itu. Semakin memudarnya penggunaan dialek ngapak-ngapak (sebagai subsistem budaya) di kalangan generasi muda menjadi perbincangan hangat beberapa budayawan Banyumas. Padahal, bahasa Banyumasan merupakan aset budaya yang sangat penting. Istiyani (2004:6) menyatakan bahwa pandangan dunia adalah perefleksian pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman dalam bentuk bahasa yang merupakan hasil penerimaan rangsangan dari alam sekitar melalui pancaindranya. Pandangan dunia komunitas bahasa dapat ditentukan dengan memeriksa sejumlah kosakata (Suhandano, 2004 dalam Syarifuddin, 2008:41). Berdasar pada teori tersebut dapat dikatakan bahwa Bahasa Banyumas sebagai sistem lingusitik sudah tentu memiliki pola khas yang akan merujuk pada pola dasar metalitas (basic assumption) masyarakat Banyumas.
Full Text:
PDFReferences
Http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Banyumasan diakses pada 23 Juli 2013 pukul 09.02 wib.
Istiyani, Chatarina Pancer. 2004. Tubuh & Bahasa: Aspek-Aspek Linguistik
Pengungkapan Pandangan Masyarakat Lewolema terhadap Kesehatan.
Yogyakarta: Galang Press
Koderi, M. 1991. Banyumas Wisata dan Budaya. Purwokerto. CV Metro Jaya.
Syarifuddin. 2008. “Mantra Nelayan Bajo:Cermin Pikiran Kolektif Orang Bajo di Sumbawa” . Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM
Tohari, Ahmad. 1989. Senyum Karyamin (Kumpulan Cerpen). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
____________. 2001. Di Kaki Bukit Cibalak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
________. 2001. Belantik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
________. 2007. Kamus Dialek Banyumas-Indonesia Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
DOI: http://dx.doi.org/10.25077/we.v4.i1.44
Refbacks
- There are currently no refbacks.
REPOSITORI / TERINDEKS DALAM
STATISTIK PENGUNJUNG